Kamis, 14 April 2011

PENDEKATAN SOSIOLOGI _ abdul

PENDEKATAN SOSIOLOGI

I.       PENDAHULUAN
Agama adalah wahyu yang diditurunkan tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi, dan membantu manusia untuk menhayati sesuatu yang sacral. Lewat pengalaman beragama (religious experience), yaitu penghayatan kepada tuhan, manusiua memiliki kesanggupaan, kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang illahi.
Secara sosiologis, agama merupakan kategori sosial dan tindak empiris. Dalam konteks ini, agama dirumuskan dengan ditandai oleh tiga corak pengungkapan universal, yaitu pengungkapan teoritis berwujud kepercayaan (believe system), pengungkapan praktis sebagai system persembahan (system of worship), dan pengungkapan sosiologis sebagai system hubungan masyarakat (system of social relation)

II.    RUMUSAN MASALAH
  1. Sejarah Sosiologi
  2. .Pengertian Sosiologi
  3. Pengertian Pendekatan Sosiologi

III. PEMBAHASAN
A.    Sejarah Sosiologi
Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim-ilmuwan sosial Perancis-yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa. Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya. Tiga tahapan itu adalah :Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada diatas manusia.
Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Pitirim Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber (semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.[1]
B.     Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata socius yang berarti kawan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan atau pikiran jadi sosiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang pergaulan hidup manusia, yaitu antara sesorang dengan seseorang, hubungan perorangan dengan golongan, dan golongan dengan golongan. Ruang lingkup sosiologi sendiri ialah sejak kita lahir didunia, bahwa kita sudah melakukan hubungan antar sesama manusia manusia. Semakin meningkat usianya maka bertambah pula pergaulannya dengan manusia dalam masyarakat. Keikutsertaannya di dalam hubungan sosial, dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadarannya maka tercipta sebuah persamaan dan perbedaan dengan sesama dan semuanya itu memberikan gambaran tentang sosiologi itu sendiri.
Sosiologi juga dapat diartikan dengan pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
C.     Pengertian Pendekatan Sosiologi
Pengertian pendekatan sosiologis ialah peneliti menggunakan logika-logika dan teori sosiologi baik teori klasik maupun modern umtuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap fenomena lain.[2]
Dalam sosiologi terdapat berbagai logika teoritis (pendekatan) yang dikembangkan untuk memahami berbagai fenomena sosial keagamaan. Di antara pendekatan itu yang sering digunakan ialah.
a)      Fungsionalisme
Pendekatan fungsional menurut Talcott Parson dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial. Bila peneliti mengamati adanya berbagai perubahan dalam masyarakat, terutama perubahan pada tingkat mikro, seperti seorang murid yang tidask terlalu ramah pada guru disebuah pondok pesantren atau sekolahan, kecenderungan terjadinya pelanggaran nilai dan norma yang menjadi pegangan bersama bahwa perubahan tersebut terjadi seperti contoh yang diatas akibat kegagalan sosialisasi dan intertnalisasi nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangn bersama.
b)      Pertukaran
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial keagamaan, seperti perubahan dan perilaku sosial, ialah teori pertukaran. Menurut prespektif pertukaran, manusia selalu melakukan transaksi sosial yang saling menguntungkan baik keuntungan materi maupun non-materi. Pokok-pokok pandangan teori pertukaran menurut turner (1978:203) ialah:
1.      Manusia berusaha memperoleh keuntungan dari transaksi sosial.
2.      Manusia memperhitungkan untung rugi dalam transaksi sosial.
3.      Manusia menyadari adanya sejumlah alternatif yang mendorong mereka memperhitungkan untung-rugi.
4.      Manusia bersaing untuk memperoleh keuntungan.
5.      Pertukaran yang berorientasi keuntungan berlangsung dalam setiap konteks sosial.
6.      Individi mempertukarkan komoditas non material seperti perasaan dan jasa.
c)      Interaksionalisme Simbolik
Manusia pada intinya senang dengan simbol-simbol. Bila disuatu tempat tumbuh dan berkembang komunitas, pada saat yang sama akan tumbuh simbol-simbol yang dipahami bersama. Simbol-simbol diwujudkan dalam bahasa, budaya, seni dll. Ritus keagamaan dalam perspektif ini dipandang sebagai symbol yang menjadi ciri khas sebuah komunitas. Menurut pendapat georg simmel yaitu kepribadian seseorang muncul dan berkembang tergantung pada jaringan dan hubungan sosial, seperti keanggotaan dalan kelompok. Dengan kata lain, keanggotaan seseorang dalam kelompok merupakan faktor determinan bagi tumbuh dan berkembangnya kepribaian seseorang. Perspektif interaksionisme simbolik dapat digunakan untuk menganalisa realitas kehidupan beragama. Mengapa kehidupan muslim berbeda dengan kehidupan umat muslim di aceh, di asia barat, dan beberapa tempat lain?
d)     Konflik
Teori-teori konflik dapat diginakan untuk menjelaskan kecenderungan integrasi dan disintregasi yang dialami sebuah system sosial. Dan konflik mengasumsikan bahwa masyarakat terdiri dari berbagai kelompok yang memiliki kepentingan satu sama lain. Mereka selalu bersaing untuk mewujudkan hasrat dan kepentingan bersama. Perjuangan untuk mewujudkan hasrat dan kepentingan mereka sering kali bermuara pada terjadinya konflik antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas masyarakat yang lain. Dengan demikian, bila dalam komunitas terdapat kecenderungan disintregasi, peneliti dapat menggunakan pendekatan konflik untuk melakukan analisis terhadap kondisi tersebut.
e)      Teori penyadaran
Dalam teori penyadaran ini lebih menekankan pada perlunya dialog, pemberdayaan masyarakat, bersikaf kritis terhadap berbagai bentuk defusi inovasi. Mereka menerima defusi invosi, tetapi yang betul-betul sesuai kebutuhan dan kondisi sosial ekonomi yang mereka hadapi, bukan defusi yang sarat dengan kepentingan sebuah kelompok
f)       Ketergantungan
Inti dalam teori ini adalah ketergantungan negara berkembang dengan Negara maju.


IV. KESIMPULAN
 Kami menyimpulkan Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim-ilmuwan sosial Perancis-yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sedangkan secara sosiologis, agama merupakan kategori sosial dan tindak empiris. Dalam konteks ini, agama dirumuskan dengan ditandai oleh tiga corak pengungkapan universal, yaitu pengungkapan teoritis berwujud kepercayaan (believe system), pengungkapan praktis sebagai system persembahan (system of worship), dan pengungkapan sosiologis sebagai system hubungan masyarakat (system of social relation)


V.    PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Apabila ada kesalahan dari segi isi maupun dalam penulisan, itu merupakan kelemahan serta kekurangan kami sebagai insan biasa.







DAFTAR PUSTAKA
Mastuhu dkk, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta, PT Raja Grafindo 2006,
mudzhar atho.Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 1998
http://id.answer.yahoo.com/dir/indek























[1] http://id.answer.yahoo.com/dir/indek
[2] Mastuhu dkk, metodologi penelitian agama, Jakarta, PT Raja Grafindo 2006, hlm 128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar